Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 9, 2020

CATATAN DARI VOLENDAM

Oleh Imaduddin Utsman Hari Ahad perpustakaan di Universitas Leiden tutup. Kami tim peneliti dari Banten memutuskan untuk mengisi waktu luang dengan keliling Leiden dan sekitarnya. Tim kami terdiri dari seorang filolog, Doktor Mufti Ali, seorang ahli sastra Belanda, Eni Suryani dan saya sendiri yang mendapat tugas membaca naskah berbahasa Arab. Bulan Februari di Belanda masih musim dingin, kami yang berasal dari negara tropis tentu sedikit bermasalah dengan cuaca dingin, apalagi jaket yang kami bawa dari Indonesia masih bisa tertembus oleh nyeresetnya angin musim dingin negeri  Belanda. Tapi pagi itu kami tetap melanjutkan niyat untuk keliling Leiden dan sekitarnya. Untung Kami punya kawan di Leiden yang bersedia membawa kami dengan mobil Volvo-nya, seorang asli Jogja yang punya isteri “none Belande”, ia baik sekali, namanya Mas Yanto, anggah inggih jogjanya masih kental, padahal ia sudah kurang lebih empat puluh tahun ada di Belanda. Kami orang Banten yang berbeda gaya bicara d

CARA SAHABAT NABI MENGHADAPI VIRUS SEMACAM CORONA

Oleh H. Imaduddin Utsman (Pengasuh Ponpes NU, Wakatib PWNU Banten) Ketika Negeri Syam terkena wabah virus tha’un pada tahun 16 Hijriyah atau 640 Masehi, banyak warga yang meninggal, Umar bin Khottob mengirim surat kepada Gubernur Syam, Abu Ubaidah Ibnul jarrah, adalah salah seorang sahabat utama salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga: “Salam untukmu, Amma ba’du, maka sesungguhnya aku ada keperluan kepadamu, aku ingin bertemu langsung, maka aku perintahkan jika engkau telah melihat suratku ini janganlah engkau letakan dari tanganmu kecuali kecuali engkau telah menghadapku (di Madinah)!” Abu Ubaidah mengerti maksud Umar, bahwa perintah itu bukan untuk kepentingan Umar, tetapi sesungguhnya Umar ingin Abu Ubaidah keluar dari negeri syam yang sedang terwabah virus menular. Umar faham, sahabat utama seperti Abu Ubaidah mempunyai jiwa yang luhur, bila ia meminta terus terang agar Abu Ubaidah keluar menghindari to’un, maka itu akan dianggap suatu penghinaan. Abu Ubaid