YUDIAN WAHYUDI MUSUH TERBESAR PANCASILA
Oleh: H. Imaduddin utsman (Pengasuh ponpes NU Kresek Tangerang Banten, Wakatib PWNU Banten
Kabinet Jokowi jilid II bisa dikatakan kabinet penuh atraksi linguistik yang kontra-produktif. Gaya komunikasi publik para menteri dan pejabat setingkat menteri sering mengetengahkan gaya komunikasi yang menjengkelkan publik bahkan sering mengakibatkan kegaduhan.
Apakah ini sebuah strategi politik untuk mengamankan kekuasaan atau hanya kesalahan tanpa perencanaan? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas hal demikian memancing reaksi publik yang banyak menguras energi.
Terakhir, kita mendengar kepala BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Yudian Wahyudi, melontarkan statemen yang membuat kaget publik. Dalam sebuah wawancara menyatakan: "Agama adalah musuh terbesar pancasila". Tidak berhenti sampai disitu, beberapa hari setelahnya ia melontarkan lagi sebuah wacana mengganti assalamualaikum dengan "Salam Pancasila".
Penulis tidak akan ambil pusing terhadap motif, karena motif itu kemudian bisa direduksi oleh pernyataan lanjutan yang biasanya disertai minta maaf. Penulis ingin mengajak pembaca untuk mengupas salah satu pernyataan yang sudah kadong terkatakan, ia kini melayang-layang di udara alam fikiran publik yang sudah mendengarnya, apakah pernyataan ini benar atau tidak?
Pernyataan Yudian itu adalah: "Agama adalah musuh terbesar Pancasila". menurut sebagian nitizen, pernyataan kepala BPIP ini menghina semua agama, terutama Islam yang merupakan agama mayoritas di Indonesia.
Ungkapan "Agama adalah musuh besar Pancasils" mirip dengan ungkapan dalam al Qur'an "Sesungguhnya syaitan adalah musuh manusia (Q.S.Yusuf: 5). Agama dan syetan dalam dua ungkapan itu bertindak sebagai subjek antagonis (yang memusuhi), Sedangkan Pancasila dan manusia sebagai objek protagonis (yang dimusuhi). Menurut sebagian nitizen, dengan difahami demikian, ungkapan itu sangat menghina agama. Sebagian yang lain berpendapat, ungkapan itu meruntuhkan dialektika yang dibangun para tokoh bangsa selama ini bahwa Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan agama. Segala usaha itu kini runtuh bahkan oleh seorang yang diberi tugas untuk membina Pancasila.
Lalu bagaimana pendapat penulis tentang ungkapan itu?
Ungkapan "Agama adalah musuh terbesar Pancasila", menurut penulis bukan menghina agama tetapi justru menghina Pancasila sendiri. Bagi rakyat Indonesia selama berabad-abad, kepercayaan kepada Tuhan adalah hal yang "ora kudu ora", ia kemudian terinstitusionalisasi oleh agama beserta seluruh ajaran dan aturan. Maka oleh karena itulah para pendiri bangsa ketika berijtihad membentuk sebuah model negara indoneisa ini, mereka meletakan "ketuhanan Yang Maha Esa" sebagai landasan pertama yang dituangkan dalam UUD.
Ketika bangunan agama itu telah mapan di dalam alam fikiran dan kesadaran rakyat Indonesia, Pancasila waktu itu hanya merupakan rancangan yang bentuk dan arahnya masih belum jelas. Bahkan kesadaran yang kemudian berwujud untuk menerima Pancasila sebagai dasar bersama kehidupan bernegara itu dihakimi oleh agama. Dalam bahasa yang dekat, pembentukan Pancasila sebagai "Common platform" (Prinsip bersama), atau dalam bahasa Cak Nur sebagai "Kalimat sawa" (Kata yang menjadi titik temu) itu lahir dari nilai-nilai luhur semua agama.
Kalau sekarang kita mengatakan bahwa agama adalah musuh terbesar dari Pancasila, maka sama saja kita mengatakan ampas kelapa itu musuh dari pohon kelapa. dan bila orang suruh memilih antara di kasih gratis ampas atau pohon kelapa, maka tentu yang berakal akan memilih pohon kelapa, karena pohon kelapa bisa menghasilkan ampas, tetapi ampas tidak bisa menghasilkan pohon kelapa, ia hanya bisa di bikin makanan dage kemudian setelah itu habis.
Lalu bagaimana dengan pandangan nitizen bahwa ungkapan itu menempatkan agama sebagai antagonis karena dalam al Qur'an Allah mengatakan: Sesungguhnya syetan bagi manusia itu adalah musuh yang nyata (Q.S.Yusuf:5)?
Penulis fikir tidak semua yang disebut musuh itu antagonis. penyebutan musuh dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) berarti lawan berkelahi, jika disebutkan Si Budi musuh Si Joni, maka artinya budi adalah lawan si joni, bukan berarti Budi sebagai orang yang bersalah karena menjadi lawan Si Joni, salah satu dari keduanya bisa saja sebagai yang bersalah, sebagaimana salah satu keduanya bisa sebagai yang benar.
Di dalam al Qur'an pun ada ayat yang berbunyi begini: Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir (Q.S.al Baqoroh: 98). Apakah karena Allah disebut musuh berarti Allah antagonis? Tentu tidak.
Jadi dari sisi semantik-linguistik ungkapan itu tidak menghina agama, tetapi dari dialektika yang dibangun para tokoh bangsa agar Pancasila bisa diterima untuk selamanya oleh bangsa Indonesia, maka ungkapan Yudian itu adalah menghina Pancasila. Seakan akan ia berkata: Ada dua kekuatan yang bertarung: Agama dan Pancasila, kamu mau pilih yang mana, agama atau Pancasila? Tentu bangsa Indonesia akan serempak mengatakan: Kami pilih Agama. Maka dari sini, Yudianlah sebenarnya yang menjadi musuh terbesar Pancasila saat ini.
Demikianlah tulisan sederhana yang dapat penulis sajikan. Wallahu a'lam bi al sowaab.
Arane kita...
BalasHapus