FIQIH KEMATIAN TERINDAH
Oleh H. Imaduddin Utsman (Pengasuh Ponpes NU Kresek Banten, Wakatib PWNU Banten, Penasihat GMNU Banten)
Kematian pasti datang. Namun kapan datangnya itulah yang tidak pasti. Sungguh indah Allah ciptakan ajal yang dibalut dalam misteri, sehingga menjadi ujian bagi kita agar setiap saat bersiap penuh seluruh. Berbahagialah orang yang diberikan penyakit sebelum datangnya ajal, sehingga ia dapat berpasrah kepada-Nya dengan sedikit demi sedikit organ-organnya tidak berfunggsi, namun lebih berbahagialah ia yang diberikan perasaan kepasrahan penuh seluruh untuk bersiap menghadapi mati kapanpun tanpa harus diberikan sakit terlebih dahulu.
Tulisan ini mudah-mudahan dihitung amal baik oleh Allah yang Maha Kasih, dan menjadi sebab turunnya cinta-Nya kepada hamba yang lemah ini sehingga hamba mendapatkan husnul khotimah diakhir hidup hamba.
Bagi pembaca yang rela menahan sabar sebentar untuk membaca tulisan ini, doa-doa indah juga penulis panjatkan agar kita semua selalu berada dalam cinta dan kasih sayang Allah SWT. semoga disisa hidup kita ini Ia Yang Maha Perkasa menulis ketentuan bahwa kita akan tetap dalam iman dan Islam sampai ajal tiba dan akan kuat menjalankan seluruh yang diperintah-Nya dan menjauhi seluruh yang dilarang-Nya, amin.
APA YANG HARUS KITA PERSIAPKAN MENGHADAPI KEMATIAN
1.Dari detik ini niyatkanlah kita bertaubat akan segala dosa yang pernah kita lakukan, memohonkan kepada Allah yang Maha Ghofur semoga Ia menghapus catatan dosa itu dari buku amal kita. Lalu kita berazam kuat untuk tidak mau lagi berbuat dosa kepada-Nya.
2.Renungkanlah, apa kedzaliman yang pernah kita lakukan, bila berupa hutang dan janji maka segeralah bayarkan, bila berupa menyakiti hati sesama segera kirim pesan kepadanya mohon dimaafkan atas segala kesalahan, terutama untuk orang-orang yang paling berjasa dalam hidup kita: Guru, ibu, ayah, adik, kakak, isteri, anak, teman karib dlsb.
3.Tulislah wasiat ketakwaan untuk orang-orang yang kita sayangi: anak, cucu, murid dan keluarga kita, agar mereka senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT., meneruskan silaturahmi dengan famili, guru dan sahabat-sahabat kita.
4. Mulailah memegang tasbih, bacalah La ilaaha illallah sebanyak 70.000 kali dengan dicicil ketika waktu senggang kita. Bacaan ini adalah wasiat banyak ulama sebagai ataqah (penebus) kita dari neraka kelak. Lalu kita juga berwasiat kepada keluarga kita apabila nanti kita wafat, keluarga kita meminta beberapa ulama untuk mengataqahi lagi sebagai kehati-hatian, karena kita tidak tahu ataqah yang mana yang akan diterima. Ataqah seperti di atas disebut ataqah sughro. Bila memungkinkan kerjakan juga ataqah kubro yaitu membaca surat al-ikhlas sebanyak 100.000 kali. Cicil dan tulislah hitungannya.
5.Berwasiat pulalah agar setelah wafat nanti, keluarga kita berkenan menjalankan fidyah, yaitu membagikan beras kepada fuqara dan masakin ukuran satu mud (kira-kira satu liter) setiap solat dan puasa dari seluruh umur kita dikurangi masa balig. Sebagai bentuk kehati-hatian, karena kita tidak tahu salat dan puasa kita apakah diterima atau tidak. Satu hari lima waktu solat berarti lima liter beras di kalli sebulan kemudian kali setahun, maka pertahun beras yang kita sodaqohkan adalah sebanyak 1.825 liter beras, kemudian kalihkan dengan umur kita. Bagi yang banyak hartanya sodaqohkanlah dalam bentuk beras yang sebenarnya kepada fuqoro dan masakin. Namun bagi yang kurang mampu bisa dengan cara fidyah biddaur (membayar dengan bertukar) yaitu cara yang dipakai ulama untuk membantu orang-orang miskin dapat membayar fidyah tanpa mengeluarkan uang. Untuk lebih jelas, bagi yang ingin menjalankannya bisa meminta kiayi setempat untuk menjalankannya cukup memohon dijalankan fidyah untuk ayah kita yang wafat, umpamanya, maka kiayi ini akan mengerti.
6.Usahakan sebelum wafat, kita mempunyai amal jariyah. Yaitu berupa tanah yang kita wakafkan untuk kebaikan, misalnya mewakafkan sebidang tanah sawah yang hasilnya untuk para jamaah musola al hidayah, atau hasilnya untuk para kiayi yang mengajar Al-Qur’an di kampung Jati, atau tanah yang diwakafkan untuk bangun pesantren, masjid, kantor NU, jalan dsb. Atau mewakafkan tanah sawah yang hasilnya untuk setiap anak di kampung kita yang mau menuntut ilmu di pesantren dsb. Tanah itu akan menjadi wakaf sampai hari kiamat dan pahalanya akan berjariyah (mengalir) kepada kita. Bagi para orang berilmu, ilmu juga termasuk amal yang akan terus berkesinambungan sampai hari kiamat.
7. Wasiatkan pula kepada keluarga kita, jika memungkinkan, Ketika kita menghadapi sakarat, agar kepala kita ke arah utara dan posisi wajah kita menghadap kiblat karena kiblat adalah arah yang paling mulia. Bila tidak memungkinkan maka kepala kita ke arah selatan dengan wajah ke arah kiblat.
8.Wasiatkan pula kepada keluarga kita agar dibacakan surat yaasin di dalam sakit parah kita, karena yaasin banyak menyebut tentang hari kiamat, agar kita selalu mengingatnya. Juga hendaklah ada dari keluarga kita seseorang yang mendampingi kita untuk mengajari kita kalimat Laa ilaaha illallah, ketika kita sudah mengucapkan kalimat itu, maka tinggalkan dengan sunyi, agar akhir kata kita adalah kalimat tauhid. Bila kita bicara lagi hal yg lain, maka keluarga kita ajarkan kembali agar kita mengucapkan kalimat tauhid.
9.Hendaklah rumah kita yang sedang sakit dibersihkan dari patung-patung, dan ketika sakarat hendaklah perempuan haid menjauh dari kita, karena malaikat enggan memasuki kamar yang ada patung, anjing dan orang junub atau haid.
10.Bila sudah terasa dekat waktu kewafatan kita, maka bersihkanlah diri kita dengan memotong kuku, kumis yang lebat, bulu ketiak, bulu kemaluan dan mandilah yang bersih dan memakai minyak wangi.
11.Hendaklah keluarga kita meletakan kita, setelah keluarnya ruh, dengan kaki kita menghadap kiblat, agar wajah kita menghadap kiblat di tempat yang aman dan nyaman dan ditunggui sampai dimandikan. Kemudian diikatkan kain dari rahang sampai kepala kita. Hendaklah pula seluruh tubuh kita ditutupi kain termasuk wajah kita.
12.Hendaklah keluarga kita segera memandikan kita walaupun solat jenajah tidak segera dilakukan. Memandikan hendaklah ditempat yang sunyi dan beratap serta tidak dihadiri kecuali oleh keluarga dekat kita. Dan yang paling utama memandikan adalah isteri kita, karena ialah yang boleh melihat seluruh awrat kita.
13.Baik sekali jika kita menyiapkan kain kafan yang dibeli dengan yakin dari harta yang halal yang sudah dicuci dan dipakai ibadah. Apalagi bila kain itu diberikan oleh orang yang solih. Juga tidak dimakruhkan kita menyiapkan tempat yang akan dipakai untuk makam kita.
14.Hendaklah keluarga kita mengundang orang-orang yang solih ketika mensalati janajah kita dan memperbanyak undangan kaum musimin agar banyaklah doa yang akan kita dapatkan dari orang-orang yang solih. Kemudian hendaklah penguburan kita juga dihadiri oleh orang yang alim ahli dalam fikih agar memperhatikan ketika prosesi penguburan itu agar tidak ada yang salah secara hukum agama. Dan kemudian orang salih tersebut membacakan talkin untuk kita setelah penguburan selesai.
15.Hendaklah keluarga kita, jika mampu, memperbanyak sodaqoh atas nama kita di hari wafatnya kita, dan hendaklah mereka memohon beberapa orang solih, biasanya di Banten sebanyak tujuh orang, untuk melaksanakan solat pakewuh setelah magrib.
16. Hendaklah keluarga kita, jika mampu, mentahlili kita, dan memintakan doa kepada tetangga selama tujuh malam untuk kita, dan memperbanyak sodaqoh untuk kita di malam-malam itu. Baik sekali jika memohon beberapa orang ahli membaca Al-Qur’an untuk selama seminggu itu terus membaca Al-Qur’an yang pahalanya ditujukan untuk kita.
17. Semoga kita yang kurang amal ibadah ini di ampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. dan amal ibadah yang sedikit yang kita lakukan diterima-Nya. Dan juga semoga kita husnul khotimah dan mendapatkan syafaat baginda Nabi Muhammad SAW. amin.
Komentar
Posting Komentar