DARI BANTEN KE AMSTERDAM
Oleh Imaduddin Utsman
Kisah kekayaan negeri Banten dengan wilayah kekuasaan yang luas menjadi perbincangan kaum kaya di Eropa pada akhir abad 16.
Begitupula dengan negeri Belanda. Mereka mendengar saingan dagang mereka di lisboa telah mampu menapakan kaki di negeri Banten yang kaya raya dan mendapat untung yang banyak.
Akhirnya Pada 1594 itu, para pedagang di Belanda, termasuk Cornelis, ini lantas bersatu dan membentuk perserikatan niaga. Perkumpulan ini diberi nama Compagnie van verre te Amsterdam atau perusahaan jarak Jauh yang berpusat di Amsterdam (John Bucknill, The Coins of the Dutch East Indies, 2000: 9).
Perkumpulan Kaum saudagar di negeri kincir angin itu kemudian mengutus Cornelis de Houtman pergi ke Portugis, tepatnya ke Lisboa (Lisbon), Untuk mencari tahu Tentang negeri Banten dan bagaimana cara sampai ke negeri itu.
Disebutkan oleh George Masselman dalam The Cradle of Colonialism (1963), Cornelis berangkat dari Amsterdam menuju Lisboa untuk melakukan investigasi sekaligus mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kebenaran atas keberadaan pulau surga itu (hlm. 86).
Selama dua tahun, Cornelis menghabiskan waktunya di Portugis sampai akhirnya ia cukup yakin bahwa ia sudah siap melakukan pelayaran Menuju Banten.
Laporan tentang negeri Banten juga di bawa Jan Huygen van Linschoten, seorang Belanda yang bekerja untuk Portugis di India. Ia menulis sebuah laporan yang diberi judul itinenario, dalam buku laporan tersebut, van Linschoten menjabarkan potensi yang terkandung di Asia untuk kepentingan perdagangan bangsa Eropa, termasuk India, Persia (Iran), dan Nusantara di mana di dalamnya termasuk wilayah kekuasaan Banten. (Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, 2004: 53).
Akhirnya rombongan saudagar Belanda ini memulai pelayaran menuju Banten. Ada empat kapal yang diberangkatkan, masing-masing bernama Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken. Dipaparkan dalam buku Ship Decoration: 1630-1780 (2013) karya Andy Peters, dengan empat kapal inilah orang-orang Belanda untuk pertamakalinya mengarungi lautan menuju timur jauh (hlm. 16).
Setelah berbulan-bulan mengarungi samudera luas dengan aneka macam rintangan yang amat mengerikan, akhirnya armada Cornelis de Houtman berlabuh di Banten pada 27 Juni 1596. Saat tiba, hanya 249 orang yang selamat sampai di tujuan.Tidak kurang dari 70 orang meninggal dunia dan dikuburkan di Teluk Madagaskar yang kemudian teluk ini dikenal dengan istilah “kuburan orang-orang Belanda".
Dibeberkan oleh Russell Shorto dalam Amsterdam: A History of the World's Most Liberal City (2013), hanya dalam tempo enam bulan sejak keberangkatan, lebih dari seperempat orang yang ikut dalam ekspedisi ini harus kehilangan nyawa.
Setelah sampai di pelabuhan Banten, Cornelis terperangah oleh ramainya pelabuhan Banten, tidak kurang ketika itu ada 36 kapal asing tengah bersandar. (Tri Hatmadji, Ragam Pusaka Budaya Banten, 2007)
Awalnya kedatangan mereka diterima baik oleh masyarakat Banten, namun lama kelamaan ada sikap-sikap yang tidak terpuji dari mereka yang mengakibatkan Sultan marah dan mengusir mereka.
Misi Cornelis di Banten memang belum berhasil kendati tidak bisa juga dibilang gagal sama sekali. Namun, inilah untuk pertamakalinya armada Belanda menemukan jalur dan akhirnya tiba di negeri surganya rempah-rempah. Dan, Cornelis de Houtman adalah perintis arahnya, pembuka jalan kolonialisme Belanda di Nusantara untuk waktu kemudian.
Dan penulis, mirip dengan misi Cornelis, dari Banten datang ke Amsterdam, bukan diutus para saudagar yang mencari untung besar, tetapi diutus oleg Gubernur Banten, Wahidin Halim, yang tidak ingin sejarah negerinya hilang. Ditengarai berbagai macam buku dan benda milik Banten yang sangat berharga ada di Belanda. Buku dan Benda itu penting untuk ditemukan agar perjalanan peradaban adiluhung kesultanan Banten dapat ditulis sempurna untuk dijadikan pelajaran generasi muda Banten dimasa kini dan masa yang akan datang.
Misi ini singkat, karena tugas misi ini adalah inventarisasi seluruh naskah, laporan dan benda sejarah Banten, untuk selanjutnya setelah data inventarisasi ini lengkap, bisa ditindak lanjuti dengan pemindahan fisik semua data itu ke Banten. Wassalam, musim atis ngegebeg-gebeg, Leiden, 09 Feb 2020.
Komentar
Posting Komentar