MEWASPADAI PENCERAMAH AKHIR ZAMAN
Oleh imaduddin Utsman
Ada fenomena baru akhir-akhir ini dalam dunia dakwah. Yaitu tampilnya penceramah-penceramah yang konsen berceramah tentang akhir zaman. Di mana saja ia diundang selalu mengangkat tema yang sama yaitu tentang akhir zaman, ciri-ciri kiamat, Imam Mahdi, perang dunia dan sebagainya.
Lalu apa yang menarik dari fenomena ini? ternyata fenomena ini berkaitan dengan ulama besar Banten, Syekh Abdul Karim. Dulu diakhir abad 19, ketika rakyat Banten dalam masa sulit; hidup dalam kemiskinan; bencana alam dan kelaparan melanda; Penjajah Belanda menaikan pajak yang tinggi; sementara para menak menampakan hidup yang penuh kemewahan, Syekh Abdul Karim, ulama asal Tanara, cucu Pangeran Sunyararas, menggelorakan semangat nativisme dan chauvanisme untuk menggerakan rakyat Banten menuntut keadilan kepada pihak penjajah. Yang menarik, cara yang ditempuhnya mirip dengan fenomena yang sekarang terjadi di Indonesia. Perbedaannnya adalah dulu Syekkh abdul Karim menggunakannya untuk kebebasan rakyat dari belenggu penjajahan, namun dimasa ini cara itu digunakan untuk melawan pemerintahan yang sah.
Sartono Kartodirjo, dalam Pemberontakan Petani banten, menulis “Khotbah-khotbah, janji-jani, dan ramalan-ramalan Haji Abdul Karim tentang hari kiamat, kedatangan Mahdi, dan jihad terus membakar semangat rakyat,”.
Simon Winchester dalam Krakatau: Ketika dunia meledak 27 Agustus 1883, mengatakan “Abdul Karim mulai meramalkan dan memperkuat apa yang dikhotbahkan para imam muslim lain yang taat, yang membuat khawatir pemerintah di kawasan-kawasan lain di dunia ini, bahwa sang Imam Mahdi, tokoh penyelamat yang akan muncul untuk menyelamatkkan dunia ini dari segala macam dosa di hari kiamat, sebentar lagi akan datang”.
R.A. Van Sandick dalam Leed en Lief in Banten mengatakan “Para mullah dan guru agama di pesantren, yang tengah menggugah semangat orang-orang Banten, mengambil kesempatan yang diberikan oleh luka yang besar dan dalam akibat letusan Krakatau itu, untuk memperluas pegaruh mereka. Bukankah itu, kata mereka, adalah balas dendam Allah, tidak hanya pada anjing-anjing kafir, tetapi juga orang-orang Banten yang mengabdi pada orang-orang kafir itu? Tidak diragukan lagi: bencana Krakkatau itu adalah isyarat Tuhan, peringatan besar yang pernah dibicarakan Abdul Karim. Bukankah dia telah meramalkan gempa-gempa dahsyat dan hari kiamat?”.
Menurut Sartono, sepucuk surat edaran dari Makkah yang isinya dikenal sebagai peringgatan terakhhir Nabi, semakin membakar rakyat banten. Surat itu dijadikan indoktrinasi pemberontakan dalam pertemuan-pertemuan di masjid-masjid. Surat peringatan itu terdiri dari beberapa bahasa: Arab, Jawa dan sunda.
Dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje, ia pernah mendapatkan peringatan semacam itu dalam bahasa Sunda. Peringatan semacam itu berisi tentang kiamat sudah dekat dan kedatangan Al Mahdi. Mengenai isi surat itu pernah diberitakan dalam surat kabar Belanda Nieuws Rotterdamsche Courant (5 Juli 1884).
Surat semacam itu pernah disita polisi Belanda pada tahun 1883 dari seorang yang bernama Misru yang membelinya dari Mas Hamim dari Pinang Tangerang. Dalam selebaran itu juga disebutkan, bila tidak percaya dengan isinya dan tidak ikut menyebarkannya maka bisa dianggap kafir.
Sartono juga menyebutkan bahwa Syekh Abdul Karim menyatakan bahwa Hindia Belanda adalah negara yang dipimpin oleh orang kafir, ia tidak akan menginjakan kaki di bumi yang dipimpin orang kafir. Hal itu, mungkin, setelah permintaan para muridnya agar beliau kembaali lagi ke Banten.
Kesimpulan dari tulisan di atas, kesuksesan Syekh Abdul Karim menggelorakan perlawanan rakyat Banten untuk melawan penjajah Belanda ada empat: ide tentang kiamat sudah dekat, melalui khutbah dan selebaran pesan Nabi; Imam Mahdi segera akan datang; perang sabil dan negara Islam.
Metode yang dilakukan oleh Syekh Abdul karim untuk mengusir penjajah itu, sekarang rupanya di contoh oleh para pengusung ide bahwa Indonesia ini negara kafir yang harus dirubah menjadi negara Islam. Untuk mewujudkan itu, mereka melaksanakan metode Syekh Abdul Karim itu. Gejala itu sudah nampak dengan seringnya kita lihat di medsos konten-konten berupa ceramah, pamplet, meme dan sebagainya tentang kiamat, Imam Mahdi, Negara Islam, perang, serta menyebarnya selebaran melalui wa tentang pesan terakhir Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam bi al showwaab. (Diramu dari artikel Doktrin Pemberontakan Petani Banten, historia.id)
Komentar
Posting Komentar