BENARKAH NABI MUHAMMAD SAW TIDAK DAPAT MEMBACA?

BENARKAH NABI MUHAMMAD SAW TIDAK DAPAT MEMBACA

(Sebuah Rekonstruksi Makna Ummi Dalam Perspektif Al Qur'an)

Oleh Imaduddin Utsman

Nabi Muhammad adalah Nabi yang ummi. Demikianlah kalimat yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah menjelaskan tentang orang-orang yang mengikuti “Nabi yang ummi” yang berita tentangnya telah tercatat didalam kitab Taurat dan Injil yang memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar (Al-A’raaf 157). Di ayat selanjutnya Allah perintahkan manusia untuk mengimani Allah dan rasul-Nya yaitu “Nabi yang ummi” (Al-A’raf 158).

Makna ummi, seperti telah popular ditengah umat islam, mempunyai arti “man laa yaqra’u wa laa yaktubu”,  orang yang tidak dapat membaca dan menulis. Setidaknya demikianlah penafsiran para pakar tafsir seperti Imam Al-Qurtubi, Imam Ibnu Katsir dan sebagainya yang penjelasan mereka itu dapat kita baca dalam kitab tafsir mereka ketika menafsiri dua ayat di atas.

Selain makna tidak dapat membaca dan menulis, kalimat ummi juga dimaknai oleh sebagian ulama dengan “man laa kitaaba lahum”, orang yang tidak diturunkan kepada mereka kitab (dari Allah). Makna demikian, misalnya, dikemukakan oleh Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya (2/209). Dari makna ini, dapat difahami bahwa Nabi Muhammad SAW bukan tidak dapat membaca, tetapi termasuk dalam kelompok kaum yang tidak diturunkan kepada mereka kitab dari Allah.

Pendapat ini berlandaskan Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 20.

 فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ ۗ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ



“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (Ali Imran: 20)

Di dalam ayat di atas Allah menyandingkan kalimat “uutu al kitaab” yang artinya orang-orang yang diberi kitab dengan kalimat “al Ummiyyiin”. Bahwa Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk bertanya kepada orang-orang ahli kitab, yaitu Yahudi dan Nashrani, dan orang-orang ummi, apakah mereka mau masuk Islam?

Dari penyandingan tersebut sangat jelas difahami bahwa maksud kata “Al Ummiyyin” adalah orang-orang yang tidak diturunkan kepada mereka kitab. Siapakah orang-orang yang tidak diturunkan kepada mereka kitab? Mereka adalah orang Arab di mana Nabi Muhammad SAW berasal dari golongan mereka. Nabi Muhammad SAW di sebut ummi karena bagian dari orang Arab. 

Pendapat ini diperkuat oleh Al-Qur’an surat Al-Jumuah ayat 2 yang berbunyi:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

 “Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al Jumuah:2)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW di utus dari komunitas kaum ummiyyin. Seperti telah dimaklumi bahwa Nabi tinggal di tengah-tengah orang Arab, maka penyebutan ummiyyin pada ayat tersebut yang dimaksud adalah orang-orang Arab.

Pendapat ini diperkuat pula oleh kebiasaan orang Yahudi yang memanggil orang selain bangsa Yahudi dengan kalimat “Ummi”. Sebagaimana orang Arab memanggil selain orang Arab dengan sebutan “ajam”. Hal demikian sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 75 yang berbunyi:

وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ



“Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui”. (Ali Imran:75)

Dari ayat ini jelas bahwa orang-orang Yahudi memanggil orang-orang selain bangsa Yahudi dengan sebutan “ummi”. Hal demikian karena mereka merasa bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan Allah yang memiliki kedudukan lebih mulia dari bangsa lainnya. Maka untuk memagari kemuliaan itu harus ada istilah yang menjadikan mereka berbeda dengan bangsa lainnya, maka mereka menggunakan istilah ummi untuk seseorang yang berasal bukan dari keturunan Yahudi agar dapat dikenali. Jadi Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang ummi artinya adalah Nabi yang bukan dari bangsa Yahudi. Wallahu A’lam bi al shawwab.

Komentar